Unas Gak jelas? Itu udah biasa. Bahkan gue udah prediksi sejak 4 Tahun yang
lalu kalau UNAS ke depan akan kacau. Gak percaya? Bisa buka link http://www.facebook.com/notes/arko-setiyo-prabowo/universitas-mana-yang-terbaik-kontribusi-politiknya-/190034350628?comment_id=26133004¬if_t=comment_mention
itu tuh gue prediksi “gak sengaja dari mbanyol” kalau UNAS bakal gak jelas.
Thanks For Vela yang sudah ngingetin gue hehehe..
Dari segi efektifitasnya, apapun itu bentuknya
EBTANAS,EBTA,UNAS,UN dan entah akan dimodifikasi menjadi NAS NAS apalagi
pokoknya jangan film PaNAS aja maka Ujian itu akan menciptakan rasa ketakutan
dalam diri siswa. Gampangnya gini aja, kita dibiasakan di kotak-kotak kan
menjadi mesin penjawab soal. Setiap hari di gelontor soal semacam sapi
gelonggongan yang di paksa minum air. Dan tiba saatnya kita di beri pilihan :
LULUS ATAU ENGGAK
Yang di otak para siswa akan diterjemahkan menjadi banyak
tafsir seperti :
LULUS LALU NIKAH ATAU ENGGAK LALU BUNUH DIRI
LULUS LALU KONVOY ATAU ENGGAK LALU NANGIS HISTERIS
LULUS LALU CORET CORET BAJU MACAM SENIMAN LABIL ATAU ENGGAK
LALU NIKAH MASAL
Dan berbagai macam tafsir lainnya.
UNAS membunuh kreatifitas siswa. Maksudnya mungkin bagus,
STANDARISASI KEMAMPUAN. Tapi apakah adil?
Saudara kita yang jauh di Timur atau bahkan pedalaman yang “mungkin”
kurang fasilitas dan guru dalam belajar diberi bobot soal yang sama dengan
mereka anak kota yang segala nya ada. Secara intelijensi gue berani bilang kalo
semua anak Indonesia itu cerdas kok. Bukti? Banyak diantara adik-adik kita yang
menang lomba Olimpiade, banyak dari rekan mahasiswa yang jadi penemu teknologi
yang canggih dan banyak diantara pejabat kita yang korupsi (Korupsi itu harus
cerdas loh, kalo gak cerdas itu namanya
maling ayam).
Lalu, UNAS untuk apa? Yap tentu saja untuk formalitas
belaka. Ujung-ujungnya gak jelas seperti sekarang. Soal datang terlambat, apa
harus diberi EM KAPSUL biar lancar dan gak datang terlambat? Banyak Kunci yang
bochoor bochoor bochoor *Kok jadi iklan? Dan gue berharap seandainya soal UNAS
itu emang telat, para pengawas gak inisiatif buat gugurin Ujian. Semacam Aborsi
sepihak.
Solusi nya apa? Iya dong masak gue ngritik gak kasih solusi.
Banyak. Salah satunya bisa dimodelkan semacam skripsi gitu. Siswa bikin paper
tentang mata pelajaran yang biasanya di UNAS kan. Di seminarkan dan di
sidangkan. Selain menambah wawasan siswa, hal ini juga akan memicu kreatifitas.
Tentu saja kehadiran guru penguji akan mutlak diperlukan. Enak kan? Bebas cemas
dan bebas khawatir.
Yang jelas pas gue ambil skripsi dan mau sidang, gue gak
ngadain istighosah, nangis massal ataupun jampi-jampi pensil 2B biar bisa ngisi
jawaban yang bener. Terkadang ketakutan membuat diri kita jauh dari normal dan
jauh dari rasionalitas. F*CK UNAS! BURN IT!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar