Aku menginginkan tak banyak darimu istriku. Aku hanya perlu
senyum yang ikhlas dari wajahmu yang cantik itu. Bukan apa-apa, seharian aku
dihadapkan dengan muka masam dan galak si bos. Dengan senyum kamu itulah, muka
bos yang garang seketika hangus dan hilang jadi arang. Dan setiap pagi aku
memerlukan masakanmu yang enak itu. Juga teh susu spesial itu. Kopi pasti akan
kamu larang. Kau sungguh peduli terhadap kesehatanku. Kopi tak sehat sayang,
itu katamu. Ah, beruntungnya aku memiliki bidadari yang menjadi dokter,koki dan
asisten pribadi ku. Lalu masakanmu untuk apa?jelas untuk mengisi energi yang
aku gunakan untuk menerjang pekeerjaan yang kian hari kian menumpuk. Aku tak
mau masakan lain. Semahal apapun restoran yang aku kunjungi tak akan bisa
menggantikan lezatnya hidangan yang kau sajikan dengan tangan lentik mu itu.
Kamu sama sekali tak akan membiarkan aku makan di luar. Apalagi makanan cepat
saji yang memanjakan mulut itu. Hemm nikmat memang tapi sekali lagi sisi
cerewetmu akan jadi benteng yang kokoh menghalanagi langkahku memasuki restoran
cepat saji. Mungkin menyebalkan tapi aku juga sadar ini demi aku juga. Demi
kesehatan kita juga. Demi anak-anak kita juga. Merokok juga akan aku tulis
sebagai daftar yang aku benci. Aku tak mau meracuni kamu dan anak kita dengan
asap mematikan itu. Aku tak mau memberi contoh yang kurang baik kepada mereka.
Aku ingin hidup lebih lama. Bukan karena aku takut mati. Tapi aku ingin
membahagiakan kamu istriku. Anak – anak kita dan bila Tuhan berkenan, aku ingin
memutihkan rambut dan memeluk cucu bersamamu. Rawat aku seperti biasanya
istriku. Itu inginku. Tak banyak kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar