Awalan

Tiada Yang Salah. Hanya Aku Manusia Bodoh

Sabtu, 31 Agustus 2013

Ibu Baru

Keluargaku sama seperti keluarga kecil lainnya. Ayahku seorang manajer perusahaan swasta dan ibuku seorang wanita karir yang bekerja sebagai teller di bank. Aku memiliki satu orang kakak yang duduk di bangku SMP sedangkan aku sendiri masih kelas 5 SD. Ibu selalu perhatian kepada kami bertiga meski beliau bekerja pukul 7 pagi dan pulang pukul 7 malam. Tiap subuh,ibu sudah menyiapkan sarapan dan masakan yang bisa dihangatkan untuk makan malam. Aku suka masakan ibu.

Sengaja aku tidur pukul 8 malam meskipun Ayah selalu menyuruhku tidur pukul 7. Aku ingin bertemu ibu dan bercanda dengannya. Ibu dengan kelelahannya masih menyempatkan bercengkrama denganku, Ayah dan kakak. Aku sungguh bahagia dan bersyukur memiliki keluarga yang sempurna seperti ini.

Kakak juga seorang cewek ABG yang menyayangi adiknya. Tak pernah sekalipun kakak menjahiliku atau memarahiku. Bila ibu di kantor, kakak seakan menggantikan posisi ibu dengan merawatku dan mengerjakan pekerjaan rumah. Kakak juga pintar mengajariku mengerjakan PR sambil memberikan tips menghadapi ujian di sekolah. Berbeda dengan kakak, Ayah tidak banyak bicara namun beliau sosok yang tegas dan bertanggung jawab.

Namun kini aku bagai terbangun dari tidur yang panjang. Masakan ibu tak seenak dulu. Ibu juga tidak pernah lagi mau bertemu aku selepas pukul 7 malam meski sekarang ibu selalu dirumah sepanjang hari. Yang membuatku makin menderita adalah kakak sudah tiada. Tidak ada lagi sosok yang menyayangiku sebagai adik. Ayah sudah keluar dari pekerjaan lamanya. Kini kami punya warung di rumah. Aku merindukan sosok ibu lamaku dan juga kakakku. Wanita ini sungguh berbeda. Dia kasar, suka membentakku dan masakannya tidak enak. Pertama kali aku berjumpa dengan ibu baruku ini adalah ketika Ibu ku yang sesungguhnya naik jabatan sebagai manajer bank. Ibu baruku ini berasal dari desa. Dulunya dia bertugas membersihkan rumah, mencuci baju dan memasak. Setiap hari kami harus makan masakannya yang tidak enak. Puncak kesedihanku adalah ketika ayah berencana menikahi ibu baruku ini. Ibuku menangis dan membawa kakak pergi dari rumah. itu terakhir kalinya aku bertemu mereka. Saat aku bertanya alasan mengapa aku harus berganti ibu dan berpisah dengan kakak, ayah hanya menjawab :

"Ibumu sudah tidak mau memperhatikan kita lagi nak,dia sudah sibuk dengan pekerjaannya. Sekarang yang mengurus kita justru mbak yem. Jadi anggap dia sebagai ibu barumu"

Aku punya nama baru. Sekarang aku dijuluki si anak pembantu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar